Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup Benar di Tengah Masyarakat yang Hidup Menyimpang

Mempertahankan hidup yang benar di tengah zaman sekarang ini menjadi tantangan terbesar bagi orang percaya. Sebab untuk tetap hidup benar, maka orang percaya harus menjalani hidup yang berlawanan dengan gaya hidup kebanyakan orang. Hal serupa juga pernah dialami oleh seorang tokoh Alkitab bernama Nuh.

Dalam Kitab Kejadian 6:1-7 dituliskan disana bahwa orang-orang pada zaman itu telah melakukan kejahatan yang sangat besar dimata Tuhan. Bahkan dikatakan bahwa kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan. Melihat hal itu, hati Tuhan menjadi murka dan berencana untuk membinasakan semua yang ada di muka bumi.

Kejadian 6:5-7 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."

Sebuah kondisi kehidupan yang tentu saja sangat jahat. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa hati mereka “semata-mata” membuahkan kejahatan. Artinya benar-benar tidak ada kebaikan dalam hati mereka. Tidak ada penyesalan sedikit pun dihati mereka ketika melakukan kejahatan. Bisa dikatakan mereka “menikmati” kejahatan mereka dan merasa aman-aman saja.

Nuh Tetap Hidup Benar

Ditengah keadaan masyarakat yang sedemikan jahat ini, ternyata Alkitab mencatat ada seorang yang hidupnya tetap benar dihadapan Tuhan. Seseorang yang tidak mengikuti kehidupan yang jahat seperti kehidupan orang-orang pada zaman itu. Dialah Nuh, seorang yang didapati hidup benar dan bergaul karib dengan Tuhan.

Kejadian 6:8-9  Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Dikisahkan bahwa Nuh merupakan seseorang yang hidup benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Kata “benar” dalam ayat tersebut berasal dari kata “tsadiq” yang juga memiliki makna yang sama dengan kata “dikaiosyne”. Kedua kata tersebut bila diartikan secara harfiah memiliki makna “kebenaran sesuai dengan iman”. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa Nuh memiliki cara hidup yang sesuai dengan imannya kepada Tuhan.

Nuh tidak terbawa arus kehidupan seperti kebanyakan orang. Nuh hidup tidak bercela diantara orang sezamannya berarti Nuh tidak meletakan standar kehidupannya dalam standar moral yang rendah seperti yang dilakukan oleh orang-orang lain pada saat itu. Nuh tetap percaya kepada Tuhan dan taat akan perintah Tuhan.

Nuh juga dicatat sebagai seorang yang hidup bergaul karib dengan Tuhan. Hal ini berarti Nuh menjaga persekutuannya dengan Tuhan. Sangat berbeda dengan kehidupan orang-orang sezamannya yang justru melupakan Tuhan dan tidak taat akan perintah Tuhan untuk menjauhi kejahatan.

Menjadi berbeda dengan kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Ada banyak konsekuensi yang mungkin bisa saja diterima oleh Nuh akibat sikap hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang lain disekitarnya. Mulai dari dijauhi, dicemooh bahkan mungkin dimusuhi oleh orang banyak. 

Namun demikian, Nuh tetap mempertahankan untuk hidup benar dihadapan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Nuh memilih untuk lebih takut akan Tuhan, daripada takut kepada manusia. Sikap Nuh inilah yang membuat dia mendapat kasih karunia di hadapan Tuhan. Tuhan memberitahu Nuh tentang rencana-Nya atas dunia pada saat itu. 


Nuh Diselamatkan Tuhan

Oleh karena meluasnya dosa di muka bumi, maka Allah memberi tahu kepada Nuh tentang rencana dan keputusan Tuhan untuk menghukum dunia. Tuhan mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup segala mahluk karena kekerasan hati manusia yang tetap hidup dalam kejahatan.

Nuh mendapat kasih karunia dihadapan Tuhan sehinggga Tuhan memberitahukan rencana tersebut kepada Nuh dan memerintahkan untuk membuat bahtera. Tuhan memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera agar dapat menyelamatkan manusia secara khusus untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya.

Bahtera yang diperintahkan Tuhan untuk dibuat oleh Nuh berukuran sangat besar. Ukuran bahtera Nuh itu 300 hasta x 50 hasta x 30 hasta. Apabila 1 hasta sama dengan 45 cm, maka ukuran bahtera Nuh adalah 135 m x 22,5 m x 13,5 m. 

Pembuatan bahtera tersebut merupakan satu-satunya jalan keselamatan yang Tuhan berikan. Pada akhirnya Nuh beserta keluarganya diselamatkan oleh Tuhan sedangkan mereka yang hidup tidak benar dibinasakan dalam air bah.

Tetaplah Hidup Dalam Kebenaran

Menjalani kehidupan yang benar di tengah masyarakat yang hidup tidak benar memang bukan perkara mudah. Namun dari kisah Nuh kita dapat belajar bahwa sekalipun ada banyak tantangan untuk hidup benar, ada kasih dan penyertaan Tuhan yang akan menopang hidup orang yang mau tetap hidup dalam kebenaran.

Pernahkah saudara dikucilkan atau bahkan dimusuhi karena tidak mau ikut-ikutan berbuat jahat? Bagaimana langkah saudara ketika itu terjadi? Tetap mempertahankan hidup benar atau justru berkompromi dengan kejahatan karena takut dengan resiko atau ancaman?

Firman Tuhan dalam kitab Ibrani mengatakan agar kita tidak takut terhadap manusia tetapi takutlah akan Tuhan sebab Tuhan adalah Penolong kita. Seperti halnya Nuh, respon kita terhadap kebenaran akan menentukan bagiamana masa depan kita.

Ibrani 13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

Tetaplah hidup dalam Kebenaran apapun yang terjadi, jangan takut untuk hidup benar sekalipun tidak mudah dan penuh tantangan. Percayalah Tuhan adalah Penolong bagi kita yang selalu setia, pertolongannya tak pernah terlambat. Aminn.. Tuhan Yesus memberkati..

Posting Komentar untuk "Hidup Benar di Tengah Masyarakat yang Hidup Menyimpang"