Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dimuridkan Untuk Memuridkan

Pemuridan tidak bisa dipisahkan dengan kekristenan karena pemuridan merupakan amanat agung Tuhan Yesus.

Matius 28:19-20 (TB)  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Artinya suatu kali kelak yang Tuhan tanyakan pada kita bukan seberapa banyak harta kita, seberapa banyak kita melayani Tuhan, seberapa banyak mukjizat yang kita alami, namun sudahkan kita melakukan pemuridan seperti amanat agung yang Tuhan sampaikan?

Kendala memuridkan adalah kebanyakan orang merasa belum tahu bagaimana cara, langkah atau metode pemuridan. Sehingga banyak yang berpikir bahwa memuridkan itu adalah tugas dari para pendeta atau mereka yang belajar teologi saja atau guru-guru pendidikan agama.

Pemuridan bukan soal cara, langkah atau metode sebab pemuridan itu berbeda dengan mengajar pendidikan agama. Tidak ada metode khusus atau cara yang paling benar.

Yesus sendiri tidak memberikan metode dan cara memuridkan. Dia hanya meminta kita pergi, jadikan murid dan ajar. Bagaimana caranya? Tuhan yang menyertai, karena pemuridan bukan soal teori semata tetapi tentang praktek hidup dan keteladanan hidup.

3 Prinsip Dasar Tentang Dimuridkan Untuk Memuridkan

Dari Filipus kita belajar beberapa hal mendasar mengenai pemuridan

1. Didasari Dengan Karakter Kristus

Filipus yang dimaksud disini bukanlah Filipus salah seorang dari dua belas murid Yesus atau yang dikenal sebagai rasul-rasul. Namun Filipus yang dimaksud disini adalah Filipus yang termasuk pada tujuh orang pelayan meja yang dipilih di Yerusalem.

Kisah Para Rasul 6:3, 5 (TB)  Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,

Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.

Sebagai seorang diaken karakternya sangat teruji. Sebab syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi diaken seperti tercatat diatas adalah seorang yang terkenal baik, penuh Roh dan hikmat. Bahkan dalam bagian Alkitab lainnya disebutkan secara lebih mendetail seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 3:8-13.

1 Timotius 3:8-13 (TB)  Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.
Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.


Karakter menjadi sangat penting untuk memuridkan. Hal ini karena dimuridkan untuk memuridkan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan tetapi transfer karakter. Bagaimana kita mengajarkan karakter Kristus jika kita tidak memilikinya.

Kita mungkin tidak atau belum sempurna dalam hal seperti Kristus, namun setidaknya kita tahu bahwa kita sedang berjalan dalam proses menjadi seperti Kristus. Perubahan karakter kita menjadi lebih baik akan membuat orang dapat melihat perbedaan dalam diri kita yang justru bisa menjadi suatu kesaksian bagi mereka yang belum percaya.

Seperti perubahan hidup yang dialami rasul Paulus. Proses perubahan dari Saulus menjadi Paulus itulah yang justru menjadi kesaksian yang membawa banyak jiwa mengenal Yesus.

2. Tidak Dipengaruhi Situasi dan Keadaan

Filipus memberitakan Injil di Samaria setelah Stefanus mati dilempari dengan batu. Hal ini menunjukkan bahwa memberitakan Injil tidak dipengaruhi situasi kehidupan.

Kisah Para Rasul 8:4-6 (TB)  Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.
Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.

Hidup dalam pelarian dan ancaman bukan keadaan yang enak tetapi Filipus tetap mengajar dan memberitakan kebenaran.

2 Timotius 4:2 (TB)  Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Dalam persoalan dan kesesakan inilah justru kita bisa meneladankan bagaimana memiliki iman dan bagaimana percaya akan kuasa Tuhan. Orang lain akan melihat respon kita ditengah tantangan dan persoalan hidup. Ketika kita merespon dengan benar, maka kita bisa menjadi saksi bagi orang lain tentang iman kita kepada Tuhan.

3. Dimulai Dari Lingkungan Terdekat

Kisah Para Rasul 21:8-9 (TB)  Pada keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaisarea. Kami masuk ke rumah Filipus, pemberita Injil itu, yaitu satu dari ketujuh orang yang dipilih di Yerusalem, dan kami tinggal di rumahnya. Filipus mempunyai empat anak dara yang beroleh karunia untuk bernubuat.

Filipus bisa sampai kepada titik dia bisa mengajar orang lain bahkan orang yang baru dia kenal adalah karena dia telah terbiasa mengajar anaknya tentang kebenaran. Ketekunannya memuridkan anaknya sendiri terbukti dengan keempat anaknya melayani Tuhan bahkan memiliki karunia bernubuat.

Mulailah belajar memuridkan dari lingkungan terdekat kita. Jadikan anak-anak kita bukan hanya sebagai anak biologis namun juga anak rohani. Sehingga kita menghasilkan keturunan ilahi yang kemudian juga bisa melayani Tuhan dan memuridkan orang lain.

Selain memuridkan anak kita, kita bisa juga memuridkan keponakan, saudara, sahabat atau siapapun yang sekiranya dekat dan bisa kita muridkan. Dengan demikian kita akan terbiasa untuk menjadi saksi dimanapun berada.

Cara-cara, langkah-langkah dan metode-metode yang kita perlu tahu dalam pemuridan dapat dipelajari seiring berjalannya waktu. Yang terpenting adalah kita tahu mengapa kita perlu memuridkan dan kita tahu prinsip dasar dalam memuridkan.

Sadari bahwa pemuridan merupakan amanat agung Tuhan Yesus, inilah panggilan hidup orang percaya. Jadilah teladan!!

Posting Komentar untuk "Dimuridkan Untuk Memuridkan "