Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Musa : Iman itu Menjadikan Tuhan Segala-galanya

Iman Musa tidaklah tumbuh secara instan. Musa harus mengalami berbagai proses kehidupan hingga dia bisa menemukan makna iman yang sesungguhnya. Musa mengalami proses yang tidak mudah, berawal dari Musa memiliki segala hal karena dia menjadi anak angkat putri Firaun. Kemudian dia harus mengalami fase bahwa dia bukan apa-apa karena harus menjadi pelarian sampai kemudian dia menemukan bahwa Tuhanlah segala-galanya dalam hidupnya.


Ibrani 11:23-28
“Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka.”


Pribadi Musa 

Musa adalah anak dari Amram dan Yokebhet (Keluaran 6:20). Musa memiliki satu kakak laki-laki bernama Harun dan satu kakak perempuan bernama Miryam. Arti nama Musa adalah diselamatkan dari air atau diangkat dari air. Musa adalah tokoh penting dalam hukum dan etika manusia di dunia. Melalui Musa itulah hukum Taurat diberikan Tuhan bagi bangsa Israel.  

Dari mana iman Musa timbul?

Iman Musa adalah iman yang diwarisi dari didikan orang tuanya (Keluaran 2:7-10). Sekalipun diangkat menjadi anak puteri Firaun, namun Musa tetap dirawat dan didik oleh ibu kandungnya sampai dia besar. Artinya orangtua dan keluarga Musa menanamkan nilai-nilai iman kepada Tuhan sebelum dia pergi ke istana Firaun dan tinggal disana sebagai anak angkat puteri Firaun.

Iman ini yang membawa Musa kepada suatu sikap yang tegas terhadap bangsa Mesir (Ibrani 11:24-27). Ketika dia melihat orang Mesir menganiaya salah seorang saudara sebangsa Musa, yaitu bangsa Israel, Musa memukul dan membunuh orang Mesir demi membela orang Israel itu. 

Mengapa Musa berani menderita?

Karena Musa mengetahui tentang nilai dirinya. Bahwa dia adalah bangsa pilihan Tuhan, umat yang Tuhan pilih. Inilah yang diajarkan orangtua Musa, bahwa Tuhan adalah segalanya. Lebih berharga dari segala harta Mesir yang dia nikmati sebagai anak angkat puteri Firaun.

Nilai diri seseorang tidak ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh dirinya sendiri akibat bergaul dengan Tuhan. “saya berada adalah karena saya harus menghadapi diri saya sendiri dihadapan Tuhan. saya berada dihadapan Tuhan dan bertanggung jawab kepada Tuhan dan bertanya kepadaNya, bagaimana harus menjalani hidup.” Inilah nilai diri yang Musa miliki sehingga dia berani menderita dan kehilangan segala hak dan harta di istana Firaun. 

Iman Musa yang Timbul dari Bergaul dengan ALLAH

Ketika Musa dalam fase terendah dalam kehidupannya, yaitu ketika dia harus lari dari hadapan Firaun, pada saat itulah Musa bertemu dengan Tuhan yang menampakkan diri dalam wujud api dalam semak duri. Sejak saat itulah perlahan-lahan nilai dirinya berubah. Ketika dia menganggap bahwa dirinya sudah tidak punya apa-apa dan tidak ada apa-apanya, Tuhan mengangkat dia dan memberikan tugas besar kepadanya untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

Imannya bertumbuh seiring dengan penyertaan dan keajaiban yang Tuhan kerjakan melalui dirinya. Musa tidak lagi berfokus kepada dirinya sendiri. Apakah dia punya sesuatu atau tidak, sebab Musa menyadari bahwa asalkan saja dia memiliki Tuhan, maka artinya dia memiliki segala sesuatu yang dia perlukan. Bahkan tongkat yang ada ditangan Musa saja bisa dijadikan Tuhan sebagai alat membuat Mujizat. Musa belajar untuk taat kepada Tuhan.

Iman yang didapat dari pengenalan akan Tuhan secara pribadi akan membawa kita kepada iman yang percaya bahwa Tuhan adalah segala-galanya dalam hidup ini. Bagaimana dengan hidup kita? Adakah kita merasa tidak punya apa-apa dan bukan apa-apa? Kalau ada yang merasa demikian, itu adalah sebuah kesalahan besar. Sebab bila kita memiliki Tuhan dalam hidup kita, maka artinya kita memiliki segala sesautu yang kita perlukan. bagian kita hanyalah percaya dan berjalan dalam kehendak dan rencana Tuhan, maka kita akan melihat penyertaan Tuhan yang sempurna atas hidup kita seperti Tuhan menyertai Musa sepanjang umur hidupnya. 



Posting Komentar untuk "Musa : Iman itu Menjadikan Tuhan Segala-galanya"