Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar dari Keteladanan Hidup Tuhan Yesus

Dalam Injil Yohanes 13:1-20, dikisahkan bahwa Yesus memberikan suatu pengajaran melalui sebuah keteladanan. Kita akan melihat bahwa sebuah keteladanan lebih dari seribu kata-kata. Melalui keteladanan itu Yesus mengajarkan begitu banyak hal, sampai Yesus berkata bahwa mungkin murid-murid tidak mengerti maksud Yesus melakukan semua itu. Bahkan ketika Yesus menjelaskan beberapa hal, itu hanyalah sebagian pengertian saja dari keteladanan yang Yesus lakukan. Jadi memang benar bahwa sebuah keteladanan itu lebih dari seribu kata-kata.

Keteladanan Yesus

Kepada orang banyak Yesus memberikan pengajaran melalui perkataan dan juga melalui mujizat demi mujizat yang dilakukanNya, tetapi kepada murid-muridNya Yesus memberikan pengajaran melalui sebuah keteladanan. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan Yesus sejak pemanggilan murid-murid. Namun pada bagian ini Yesus menjelaskan secara lebih jelas bahwa apa yang sudah dilakukanNya hendaknya dilakukan juga oleh murid-murid pada waktu itu (ay 15).

Sejak awal pemanggilan murid-muridNya Yesus sudah berkata “ikutlah Aku”. Perkataan “ikutlah Aku” bukan hanya berarti murid-murid mengikuti Yesus kemana saja Dia pergi, tetapi juga berarti murid-murid mengikuti apa yang dilakukan Yesus. Dengan kata lain sebenarnya Yesus hendak berkata, teladanilah aku. Hal ini juga yang membedakan para simpatisan Yesus dengan para muridNya. Para simpatisan mungkin hanya akan mendengar dan takjub kepada perkataan dan perbuatan Yesus, namun untuk menjadi murid Yesus maka kita perlu meneladani Yesus.

Kalau kita kembali melihat sejarah maka kita akan semakin mengerti mengenai arti sebuah keteladanan. Kita ingat bahwa awal mula sebutan Kristen adalah bukan untuk menunjukan sebuah agama atau kepercayaan belaka. Kata Kristen pada awalnya muncul pada zaman rasul-rasul.

Kata Kristen digunakan sebagai sebuah ejekan dari orang-orang yang tidak percaya Yesus untuk menyebut orang-orang pengikut Yesus. Pengertian dari kata Kristen sendiri adalah orang-orang yang memiliki gaya hidup seperti Kristus. Jadi orang Kristen pada waktu itu adalah orang yang memiliki gaya hidup seperti Kristus. Hal ini menunjukan bagaimana orang Kristen atau jemaat mula-mula hidup dalam keteladanan Kristus.

Meneladani Yesus bukan berarti kita harus hidup sama persis seperti Kristus hidup pada waktu itu, misalnya makan roti, kemana-mana berjalan, dsb. Tetapi yang dimaksud adalah karakter, sikap, tindakan dan cara berpikir kita haruslah sama dengan Kristus.

Bagaimana dengan orang Kristen zaman sekarang? Masihkah kita hidup sesuai dengan teladan Kristus? Dan apakah kita juga bisa menjadi teladan bagi sesama? Sebuah pertanyaan yang patut kita renungkan pribadi lepas pribadi.


Beberapa Pengajaran Yesus Melalui Keteladanan Membasuh Kaki Murid-murid-Nya

Rasul Yohanes menuliskan peristiwa pembasuhan kaki ini dengan menambahkan pengertian-pengertian yang diilhamkan Roh Kudus sesudah peristiwa ini terjadi. Karena sebenarnya pada waktu itu murid-murid termasuk Yohanes tidak mengerti maksud Yesus melakukan semua itu (ay 7). Yohanes menjabarkan perkataan Yesus dalam ayat 12-17 dengan beberapa penjelasan yang mendukung.

Yesus Maha Tahu dan Penuh Kuasa

Yesus menjelaskan bahwa jika Dia yang adalah Guru dan Tuhan saja mau membasuh kaki maka muridNya pun harus mau melakukanNya. Yohanes menambahkan pengertian ini dengan mengawali penjelasannya dengan kembali mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya orang yang tidak pernah terkejut dengan semua hal yang ia akan alami sebab dia mahatahu.

Pada ayat pertama, Yohanes mencatat bahwa Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba. Pada pasal-pasal sebelumNya dia mencatat bahwa saatNya belum tiba, tetap sekarang saatNya sudah tiba. Yohanes kembali mengesakan bahwa Yesus adalah Tuhan sebab hanya Tuhan saja yang mahatahu.

Kemahatahuan Yesus juga dicatat oleh Yohanes dalam ayat 18-20 dimana Ia tahu bahwa Yudas akan menghianati Dia. Kemudian dalam ayat ketiga Yohanes kembali mendeklarasikan bahwa Yesus adalah pribadi yang berkuasa atas segalanya, sebab Bapa di Surga sendiri yang telah memberikan segala sesuatu kepada Yesus.

Yesus Mengasihi dengan Kasih yang Kekal

Selain memberikan penjelasan bahwa Yesus adalah Tuhan yang mahatahu dan penuh kuasa, Yohanes mencatat juga bahwa Yesus adalah pribadi yang memiliki kasih yang kekal. Yohanes mencatat bahwa Yesus senantiasa mengasihi murid-muridNya. Bahkan disaat mungkin akan sulit bagi seseorang untuk memperhatikan dan mengasihi orang lain.

Pada saat Yesus tahu bahwa saatNya akan tiba untuk Dia menjalani penderitaan dan kematian, tetapi di saat seperti itu dia masih menunjukan kasihNya kepada murid-muridaNya. Disaat kebanyakan orang mungkin akan lebih memilih untuk memikirkan dirinya yang akan menghadapi hal buruk, Yesus lebih memilih melayani dan merendahkan diriNya dihadapan murid-muridNya.  Kasih yang sepenuhnya dan kekal inilah yang membuat Yesus mampu melayani murid-muridNya.

Dengan penjelasan tersebut maka Yohanes ingin menyampaikan bahwa pesan pertama Yesus terhadap murid-muridNya adalah bahwa murid-murid Yesus harus meneladani sikap Yesus yang mau melayani dan merendahkan hati. Untuk dapat melakukan itu maka harus ada kasih yang sepenuhnya. Kasih itulah yang akan memampukan dan menggerakan hati kita untuk saling melayani dan merendahkan diri. Jika Yesus yang adalah Tuhan yang penuh kuasa saja mau melayani dan merendahkan diri, maka kita sebagai murid-muridNya harus dapat melakukannya. 

Sebagai murid Yesus maka kita harus belajar hidup sesuai dengan teladan Yesus dan seharusnya kita juga ingin hidup sesuai dengan teladan Yesus. Dengan demikian maka kita akan benar-benar menjadi murid Yesus bahkan lebih daripada itu kita akan disebut berbahagia (ay 17). Dan teladan yang hari ini kita pelajari adalah mengenai saling melayani dan merendahkan diri satu dengan yang lain. Kasih akan memampukan kita untuk melayani selain itu kita dapat melayani sebab Yesus terlebih dahulu mengasihi dan melayani kita (ay 8).

Posting Komentar untuk " Belajar dari Keteladanan Hidup Tuhan Yesus"