Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Media Sosial Menggeser Keberadaan Tuhan

Bila kita amati keberadaan media sosial saat ini bagaikan sebuah pisau. Ditangan seorang master chef maka pisau tersebut dapat digunakan untuk membuat masakan yang lezat. Namun ditangan seorang penjahat, pisau yang sama dapat digunakan untuk melakukan kejahatan. 

Demikian halnya dengan media sosial. Ditangan seorang yang takut akan Tuhan, maka media sosial dapat menjadi alat untuk bersaksi, menguatkan dan memotivasi orang lain. Namun ditangan orang yang tidak beriman, media sosial bisa menjadi alat kejahatan, tempat membully orang, mengutuk, mengumpat dan berbagai kejahatan lainnya. 

Hati-hati Menggunakan Media Sosial

Media sosial bisa jadi menggeser keberadaan Tuhan dalam diri seseorang, termasuk orang Kristen tentunya. Bila tidak hati-hati, maka media sosial menjadi sebuah magnet yang menarik seseorang menjauh dari Tuhan dan melupakan Tuhan. Bahkan saat menghadapi pergumulan, orang lebih suka berlari ke media sosial untuk mencurahkan keluh kesahnya. 

Contohnya ketika seseorang sedang berselisih atau bertengkar dengan orang lain. Dia akan memilih media sosial sebagai tempat meluapkan emosi yang sedang dirasakan. Segala cacian, makian, bahkan kutuk ditulis di status media sosialnya. Tidak lupa disertai dengan berbagai argumen pembelaan diri dan pembenaran diri sendiri. 

Padahal sepatutnya ketika sedang menghadapi pergumulan, kita lari kepada Tuhan sebagai tempat kita mencurahkan segalanya. Sebab dengan datang kepada Tuhan kita akan dapat melewati pergumulan dan memperoleh berkat. 

Keteladanan Hana dalam Menghadapi Pergumulan

Ada sebuah kisah dalam Alkitab yang bisa menjadi contoh bagi kita dalam menghadapi pergumulan hidup. Dalam kitab 1 Samuel 1:1-28 dikisahkan seorang wanita bernama Hana. Dia seorang wanita yang mandul. 

Dalam budaya Israel waktu itu, wanita yang mandul adalah sebuah aib yang besar. Kemandulan seorang wanita dipandang sebagai sebuah hukuman dari Tuhan. Jelas itu bukan sebuah masalah yang kecil. 

Ditambah lagi Hana memiliki seorang madu alias istri lain dari suaminya yang bernama Penina. Hampir setiap hari Penina memandang rendah Hana yang mandul itu. Bisa dibayangkan betapa berat pergumulan yang dialami Hana. 

Namun yang patut kita teladani adalah respon Hana akan pergumulannya tersebut. Hana tidak pernah sedikitpun membalas perlakuan Penina dengan tindakan yang jahat. Namun Hana justru berlari kepada Tuhan dan mengadukan seluruh pergumulannya kepada Tuhan. 

1 Samuel 1:10 (TB)  dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.

Ayat tersebut dengan jelas mengatakan apa yang dilakukan Hana. Hana dalam kepedihan hatinya berdoa kepada Tuhan. Dia menangis dihadapan Tuhan memohon belas kasihan dan keadilan Tuhan. Sungguh hal yang patut kita teladani. 

Perenungan Bagi Kita Saat Menghadapi Pergumulan

Setiap kita pasti pernah menghadapi sebuah pergumulan. Bahkan mungkin pergumulan yang sangat berat, dimana kita merasa tidak sanggup lagi. Ditambah lagi orang-orang disekitar kita bukannya mendukung namun justru sebaliknya. Mereka mengejek, menghina, menghakimi, menggosipkan kita dan berbagai tindakan lain yang justru semakin membuat kita semakin berat menjalani hidup. 

Tetapi kita perlu ingat, bahwa pilihan tetaplah ada ditangan kita. Memilih membalas kejahatan mereka dengan hal yang lebih jahat atau memilih mempertahankan iman dengan datang kepada Tuhan. 


Berlari ke media sosial untuk meluapkan emosi melalui cacian, makian dan kutukan mungkin bisa saja memberikan kepuasan sesaat. Namun tidak akan pernah menyelesaikan persoalan, bahkan sebaliknya hanya akan menambah persoalan. 

Pilihlah untuk berlari kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya. Maka kita akan beroleh berkat dan keselamatan. Seperti yang dialami Hana. Ketika dia memilih respon yang benar dengan datang kepada Tuhan, maka dia mendapatkan berkat seorang anak, yaitu Samuel seorang imam dan nabi yang dipakai Tuhan luar biasa. 

Jadi, gunakan media sosial sebagai alat untuk bersaksi dan menjadi berkat, bukan untuk menggeser Tuhan dari hati dan hidup kita. Selamat merenungkan, Tuhan Yesus memberkati.. 

Posting Komentar untuk "Media Sosial Menggeser Keberadaan Tuhan"