Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengorbanan Ester dan Belas Kasihan Tuhan

Kisah Pengorbanan Ester

Kisah mengenai Ester dicatat dalam sebuah Kitab yang juga bernama Kitab Ester. Ester merupakan seorang perempuan Israel yang bernama asli Hadasa. Dia adalah anak dari seorang Israel bernama Abihail. Pada zaman Ester ini bangsa Israel dikuasai oleh bangsa Persia. Ester merupakan nama Persia dari Hadasa.

Kemudian Ester terpilih menjadi ratu menggantikan ratu Wasti. Ester pun menjadi permaisuri raja Persia waktu itu yang bernama raja Ahasyweros. Dalam kitab Ester tersebut dikisahkan bagaimana sepak terjang dan kisah-kisah heroik mengenai Ester yang membela bangsanya.

Salah satu kisah yang paling menyentuh adalah ketika Ester harus berani berkorban bagi bangsanya. Hal ini terjadi ketika Haman merencanakan untuk membunuh semua orang Yahudi. Haman merupakan orang kepercayaan raja Ahasyweros yang mempunyai dendam dan iri hati kepada bangsa Yahudi.

Pada saat itu keadaan bangsa Yahudi sudah diujung tanduk. Rencana Haman sudah matang dan tinggal menunggu eksekusinya saja. Hanya ada satu jalan keluar yang masih bisa ditempuh waktu itu. Jalan tersebut adalah dengan memohon belas kasihan dari raja Ahasyweros. Esterlah yang paling memungkinkan untuk dapat melakukan hal tersebut , karena Ester adalah ratu pada waktu itu.

Namun, peraturan undang-undang di Persia waktu itu membuat jalan tersebut juga merupakan jalan yang sangat sulit. Sebab siapapun tidak boleh menghadap raja tanpa ada undangan resmi dari raja. Bila tetap ada yang nekat untuk menemui raja, maka hanya ada dua kemungkinan. Bila raja tidak berkenan ditemui, orang tersebut akan dihukum mati, namun bila raja berkenan, maka orang tersebut masih selamat dan boleh bertemu atau menghadap raja.

Ester harus mengambil resiko dengan menghadap raja, sebab itulah satu-satunya peluang untuk dapat menyelamatkan orang Yahudi. Tentu ini bukanlah hal yang mudah. Sebab secara akal sehat, ini sangat bertentangan. Belum pernah ada orang yang selamat dengan bertemu raja tanpa diminta. Itulah fakta yang dihadapi Ester. Sekalipun dia adalah permaisuri, namun undang-undang disana sangatlah ketat.

Ester mencoba melawan akal sehatnya dan mengambil keputusan heroik untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Sehingga munculah ayat yang menceritakan pengambilan keputusan Ester tersebut serta pesan yang menyentuh hati dari seorang Ester kepada bangsa Yahudi.

Ester 4:16 "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati."

Kata-kata Ester di akhir ayat diatas inilah yang menjadi bentuk kerelaan hati Ester untuk berkorban bagi bangsanya. Kata-kata dari seorang perempuan muda, kata-kata yang keluar dari hati terdalam seorang yang rela mengorbankan hidupnya bagi orang banyak. 

Pengorbanan Ester ini sepertinya berlawanan dengan akal sehat manusia. Sebab resikonya sangat besar. Hal tersebut dapat mendatangkan kerugian bagi Ester bahkan bisa saja dia kehilangan nyawanya dengan melakukan tindakan tersebut. Prinsip ini memang sangat bertentangan dengan prinsip dunia yang selalu mengatakan agar kita memikirkan untung dan rugi dalam melakukan segala sesuatu.


Pelajaran Hidup dari Kisah Pengorbanan Ester

Tindakan Ester sungguh bertentangan dengan akal sehat. Dia sudah menjadi ratu, untuk apa menyusahkan diri sendiri. Apa yang dilakukan Ester bertentangan dengan hukum kerajaan dan bertentangan dengan norma kerajaan Persia pada waktu itu. Tetapi demi kepentingan dan keselamtan orang Yahudi, Ester harus melanggar semuanya itu.

Kini Ester hanya bersandar kepada kemurahan Tuhan agar raja Ahasyweros bisa dilembutkan hatinya oleh Tuhan. Itulah sebabnya Ester meminta agar semua orang Yahudi berpuasa dan berdoa untuknya. Ester tahu dalam pengorbanannya yang bertentangan dengan akal sehat itu, hanya Tuhan sajalah yang mampu menolongnya. Ester memang bertindak diluar akal sehat, tetapi dia melakukannya dengan iman kepada belas kasihan Tuhan.

Di tengah zaman yang serba egois seperti saat ini, masihkah kita mampu berkorban bagi orang lain? Jangankan berkorban nyawa, berkorban waktu dan tenaga sedikit saja sudah tidak mau. “itu kan derita lo, apa urasannya dengan gua”, mungkin banyak yang memiliki prinsip seperti itu.

Mari belajar dari pengorbanan Ester. Sekalipun dia seorang wanita dan masih muda belia, namun Ester memiliki hati yang mau berkorban bagi sesamanya. Hatinya dipenuhi dengan kerelaan untuk berkorban bahkan untuk mati bagi sesamanya, seperti yang dikatakannya : “kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”

Mungkin yang dituntut bagi kita bukanlah nyawa. Yang dituntut kepada kita mungkin hanyalah sedikit waktu, sedikit tenaga, sedikit kerugian materi atau sedikit kehilangan kehormatan kita. Namun apabila dengan itu kita menjadi berkat bagi orang lain atau bahkan bisa menyelamatkan orang lain, maka kita harus belajar taat untuk berkorban. 

Dari kisah Ester kita juga belajar, bahwa seseorang yang rela berkorban bagi orang lain, akan mengalami apa yang disebut sebagai kemurahan Tuhan. Sebab Firman Tuhan juga berkata bahwa Tuhan akan memberikan kemurahan-Nya kepada orang yang juga bernurah hati dan rela berkorban bagi sesamanya. Aminn..

Posting Komentar untuk "Pengorbanan Ester dan Belas Kasihan Tuhan"