Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip Kepemimpinan Yang Melayani

Berbicara mengenai melayani adalah berbicara sesuatu yang bertolak belakang dengan sifat manusia. Manusia cenderung lebih mau untuk dilayani daripada melayani. Bahkan manusia akan selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik bahkan kalau bisa sampai kepada tahap menguasai orang lain. Contoh sederhana adalah sesuatu yang dapat kita saksikan dalam sebuah perlombaan.

Setiap kita pasti pernah mengikuti suatu perlombaan atau setidaknya menonton sebuah perlombaan. Dalam perlombaan itu tentu setiap peserta menginginkan satu hal yang sama, yaitu kemenangan. Setiap orang akan bersaing untuk mendapatkan posisi tertinggi atau mengalahkan lawan-lawan mereka dalam perlombaan. Persaingan semacam itu biasa terjadi juga dalam berbagai bidang kehidupan, seperti di sekolah, di pemerintahan bahkan di gereja.

Salah satu hal yang menyebabkan manusia melakukan hal itu adalah karena manusia memiliki keinginan dasar untuk menjadi lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain. Manusia membutuhkan eksistensi diri, membutuhkan sebuah pengakuan dari orang lain bahwa dirinya adalah yang terbaik.

Dalam Markus 9:33-37 terjadi pertengkaran diantara dua belas murid Yesus ketika mereka mempertanyakan siapa yang terbesar di antara mereka. Alkitab juga menuliskan sebuah kisah dimana murid-murid Yesus bertengkar untuk memperoleh kedudukan tertinggi sebagai murid Yesus dalam Markus 10:35-45.

Dikisahkan murid-murid Yesus bertengkar ketika ada dua orang murid Yesus, yaitu Yohanes dan Yakobus meminta kedudukan dalam kemuliaan kelak. Satu minta di kiri dan satu lagi minta berada di sebelah kanan Yesus, dimana itu berarti mereka mendapat tempat yang paling mulia dibanding lainnya. Melihat adanya persaingan untuk menjadi yang terbesar diantara murid-murid, Yesus pun memberikan nasihat kepada mereka.

Markus 10:42-45 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Ayat tersebut berisi nasihat Yesus terhadap murid-murid yang bertengkar mengenai siapa yang pantas menjadi yang terkemuka. Yesus membandingkan sesuatu yang kontras antara pandangan dunia mengenai seorang pemimpin dengan pandangan Tuhan mengenai sosok seorang pemimpin. 

Pemimpin itu Rela Berkorban dan Menjadi Pelayan

Menjadi seorang pemimpin tidak hanya membutuhkan kepandaian dan keterampilan pada bidangnya. Seorang pemimpin juga harus bisa menghargai orang yang dipimpinnya. Seperti kata pepatah, jika kamu ingin dihormati dan dihargai, maka hormati dan hargailah orang lain terlebih dahulu. 

Dalam nasihatnya Tuhan Yesus mengajarkan para murid bahwa seseorang yang mau menjadi terbesar dan terkemuka harus menjadi pelayan dan hamba untuk semua. Sebuah prinsip kepemimpinan yang berlawanan dengan prinsip orang dunia. Prinsip Yesus, seorang pemimpin harus mau melayani dan bukan hanya mau dilayani.

Yesus berbicara demikian bukan asal bicara, tetapi Yesus sendiri telah memberikan contoh dan teladan mengenai prinsip tersebut. Yesus hadir sebagai sosok pemimpin yang mau berkorban dan mau melayani. Yesus rela menderita dan menyerahkan nyawa untuk menebus dosa manusia. Inilah seorang pemimpin, rela berkorban bahkan siap menderita.

Pemimpin itu Rendah Hati

Prinsip kedua yang Yesus ajarkan kepada murid-murid adalah kerendahan hati. Seorang pemimpin itu harus memiliki sifat rendah hati. Berbeda dengan kebanyakan sikap pemimpin yang sering kita jumpai di dunia ini. Seringkali kita melihat pemimpin yang berlagak seperti bos dan bersikap semena-mena terhadap bawahannya. Tidak menghargai orang yang dipimpinnya dan bersikap sombong karena kedudukannya yang tinggi.

Tuhan Yesus tidak menginginkan kepemimpinan yang kejam dan otoriter. Sebaliknya, Ia menginginkan seorang pemimpin yang mau merendahkan hati terhadap orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang rendah hati tidak menonjolkan kekuasaannya. Kekuasaan yang dimiliki bukan untuk kesombongan, melainkan untuk dapat menolong dan mengelola potensi orang yang dipimpin agar dapat berkembang.

Itulah kriteria seorang pemimpin yang Tuhan Yesus kehendaki. Bagaimana dengan kita? Adakah kita memiliki sikap hati yang mau berkorban dan melayani serta memiliki kerendahan hati?

Setiap kita adalah seorang pemimpin. Seorang Bapak adalah pemimpin dalam keluarga, Ibu adalah pemimpin bagi anak-anaknya. Bahkan seorang anak juga merupakan seorang pemimpin bagi dirinya sendiri dan akan menjadi seorang pemimpin bagi keluarganya kelak. 

Jadi sekalipun kita tidak memiliki kedudukan di suatu lembaga, organisasi atau tempat kerja, kita tetaplah seorang pemimpin yang perlu mengerti prinsip kepemimpinan yang Yesus ajarkan. Sebuah Kepemimpinan Yang Melayani. Ketika kita melayani sesama, disitulah kita juga sedang melayani Tuhan.

Posting Komentar untuk "Prinsip Kepemimpinan Yang Melayani"