Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iman dan Kekudusan Henokh

Dalam Perjanjian Lama, kata kudus diterjemahkan dari akar kata Ibrani QADAS yang berarti dipisahkan untuk keperluan khusus atau tujuan khusus yang berkaitan dengan rencana Tuhan (Im 20:26)

Imamat 20:26 (TB)  Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku.

Dalam bahasa Yunani di Perjanjian Baru, kata kekudusan diambil dari kata HAGIASMOS yang artinya terpisah dari yang duniawi, dari yang tercemar.
Jadi Kekudusan bukan hanya soal seksualitas saja, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan kita dalam dunia ini, yakni pikiran perkataan dan perbuatan kita.
Kita akan belajar tentang iman dalam menjaga Kekudusan dari seorang tokoh bernama Henokh


Kehidupan Henokh tercatat dalam Kejadian 5:21-24. 

“Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah”
Pribadi Henokh

Henokh merupakan keturunan ke-7 dari Adam, dan merupakan keturunan dari Set.

Yudas 1:14 (TB)  Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya,

Henokh mencapai usia 365 tahun kemudian diangkat ke Sorga. Sebuah usia yang panjang bila dilihat sekarang ini, namun usia yang singkat bila dilihat dari rata2 usia orang dijaman Henokh yg bisa mencapai 800-900 tahun. (Kurang dari separuh).

Pelajaran: Kualitas hidup seseorang tidak bergantung pada seberapa lama dia hidup, tp bagaimana dia menjalani kehidupan

Keadaan Zaman Henokh

Henokh hidup pada Jaman sebelum air bah. Jaman itu adalah Jaman yang jahat. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam Yudas 1:14-16

Yudas 1:14-16 (TB)  Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya,
hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan."
Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.

Tidak ada penyembahan berhala, namun manusia melupakan Tuhan, dan membiarkan Tuhan berada di luar kehidupan mereka.

Mereka berbuat fasik, menista Tuhan, menggerutu, hidup menuruti hawa nafsu, menjilat untuk keuntungan sendiri.

Sementara orang lain hanya berpikir tentang hidup ini, mencari uang dan menimbun harta materi, “makan dan minum, kawin dan mengawinkan”, hanya memikirkan tentang dunia ini, di tengah budaya materialistik seperti itu, Henokh memilih untuk menjaga Kekudusan hidupnya

Artinya, Henokh berani hidup berbeda atau "terpisah" dengan semua orang pada jamannya itu. Bukan terpisah secara fisik tentunya, namun terpisah dengan mengambil cara hidup yang berbeda yakni hidup dekat dengan Tuhan.

Henokh menjaga Kekudusan hidupnya ditengah kecemaran orang-orang sezamannya.

Pelajaran:
Demikian juga dengan hidup kita, bukan berarti kita menjadi ekslusif dan anti sosial. Kita tetap bisa berteman dengan siapapun tapi tidak mengikuti cara hidup mereka yang tidak benar.

Dengan cara bagaimana Henokh bisa menjaga Kekudusan hidupnya?

1. Hidup bergaul dengan Allah

Dua kali kita diberitahu tentang hal ini. Dalam ayat 22, “Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah.” Dalam ayat 24, “Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah.”

Bergaul dengan Allah berarti membangun relasi yang erat dengan Allah.

Bergaul di sini bukan hanya berarti ‘berteman’. Kata bergaul dalam bahasa Ibrani digunakan kata "halak" yang berarti berjalan terus menerus.
Dalam terjemahan bahasa Inggris KJV dipakai kata ‘Walk with God’, atau dengan kata lain, Henokh selama hidupnya selalu berjalan melangkah bersama dengan Allah. Kemanapun Tuhan melangkah, kesanalah Henok melangkah, tidak lebih cepat, tidak lebih lambat.

Henokh selalu melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya. (Rohani, keluarga/relasi, pekerjaan/Keuangan, karakter, jasmani/Kesehatan)

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita melangkah bersama dengan Tuhan (Melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita) ?

Henokh memberi nama anaknya Metusalah atas dasar pewahyuan dari Tuhan.

Nama Metusalah dapat diartikan "ketika dia mati, dunia berakhir".

Metusalah itu mati ditahun saat air bah datang.
Metusalah berumur 187 Lahir Lamekh (Kejadian 5:25)
Lamekh berusia 182 lahir Nuh (Kejadian 5:28)
Nuh berusia 600 air bah datang (Kejadian 7:6)
Dijumlah 969 tepat seperti umur Metusalah

Henokh menjadikan anaknya pengingat bagi orang-orang sezamannya untuk bertobat.

Hal ini juga memperlihatkan kesabaran Tuhan yang memberi kesempatan manusia untuk bertobat

Bergaul dengan Tuhan berarti melibatkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian kita akan tetap hidup dalam Kekudusan

2. Hidup Berkenan Kepada Allah

Ibrani 11:5 (TB)  Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.

Berkenan kepada Allah memiliki pengertian hidup yang menyenangkan bagi Allah.

Contoh: kiranya bapak berkenan (merasa senang atau setuju) menerima saya bekerja di kantor bapak

Ditengah orang-orang yang hidup egois dan mengejar kesenangannya masing-masing, Henokh memilih untuk hidup menyenangkan Tuhan

Hidup seperti apa yang menyenangkan Tuhan? Hidup yang taat akan kehendak Tuhan.

Saat ini dimana kita mengetahui kehendak Tuhan? Dalam Alkitab.

Oleh sebab itu, jika kita mau hidup berkenan kepada Tuhan maka jadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidup kita

Semakin hidup kita selaras dengan Firman Tuhan, semakin kita berada pada posisi berkenan di hadapan-Nya.

Setiap hal yang akan kita lakukan, pastikan kita meyakini bahwa itu menyenangkan hati Tuhan?

Tanyakan kepada diri sendiri apakah yang saya lakukan, apa yang saya pikirkan dan apa yang saya inginkan menyenangkan hati Tuhan atau tidak.

Contoh:
Mau masuk kerja, lewat jalur yang benar atau pakai orang dalam dan uang pelicin? Mana yang menyenangkan hati Tuhan?
Hari Minggu saatnya ibadah, teman ajak kita pergi healing katanya? Mana yang menyenangkan hati Tuhan?
Ada orang menyakiti kita? Membalas atau mengampuni? Mana yang menyenangkan hati Tuhan?
Mana yang menyenangkan hati Tuhan, mengisi hati kita dengan kemarahan, iri hati, kebencian atau mengisi hati dengan kasih dan pengampunan?

Artis yg ingin menyenangkan orangtuanya dengan cara memberi uang, tp dia jarang pulang karena ikutan dunia malam, mabuk dan narkoba

Suatu hari dia pulang dan dikejutkan oleh ibunya yg mengembalikan uang pemberiannya seraya berkata "ibu tidak ingin uang ini, ibu hanya ingin kembalikan anak ibu seperti dulu"

Filipi 4:8 (TB)  Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Roma 12:2 (TB)  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

3. Hidup yang sungguh-sungguh mencari Allah

Selain hidup bergaul dan berkenan kepada Allah, Henokh juga melatih dirinya untuk terus mencari Allah

Ibrani 11:6 (TB)  Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Pengertian ‘mencari’ di sini bukan berarti masih belum menemukan, tetapi memprioritaskan relasi dengan Dia untuk memperdalam pengenalan.


Setiap hari kita mencari nafkah, tetapi apakah setiap hari kita mencari Tuhan?

Mencari sesuatu berarti kita menganggap sesuatu itu berharga bagi kita.
Jika saudara kehilangan 100rb cari atau tidak?
Kalau kehilangan 500 rupiah kebanyakan orang tidak akan mencarinya

Mencari Tuhan juga menunjukkan keaktifan kita sebagai murid-Nya, bukan pasif menunggu dan berdiam diri.

Keaktifan itulah yang akan membuat iman kita menjadi hidup dan pada akhirnya kita bisa tetap hidup dalam Kekudusan.

Konklusi

Di tengah masyarakat yang menepikan Tuhan dan menganggap seolah Tuhan tidak ada, dengan iman Henokh mampu melihat dan percaya bahwa Tuhan ada. Dia tidak menepikan Tuhan, namun justru dia memilih untuk hidup bergaul karib dengan Tuhan, hidup berkenan kepada Tuhan dan Hidup sungguh-sungguh mencari Tuhan.

Jika kita merenungkan kehidupan di jaman sekarang, sebenarnya keadaannya tidak jauh berbeda dari jaman Henokh hidup. Jaman sekarang orang mengejar hal-hal yang bersifat materi dan menepikan Tuhan. Seolah-olah tidak ada Tuhan. Orang sibuk dengan dunianya sendiri, ibadah hanya sekedar rutinitas, tidak memiliki kualitas hubungan yang baik dengan Tuhan.

Bagaimana dengan hidup kita? Adakah kita terlena dengan keadaan jaman?

Mari sadari kembali bahwa ada Tuhan dalam hidup kita dan kita memerlukan Tuhan. Carilah Tuhan selagi Dia dapat ditemui dan pintu rahmat Tuhan masih terbuka, Amin 

Posting Komentar untuk "Iman dan Kekudusan Henokh"